Kemajuan teknologi komunikasi yang menyebabkan mudahnya akses mobilitas masyarakat, hewan, dan tumbuhan antar negara, menambah kerentanan Indonesia dalam menghadapi risiko bencana non-alam, terutama pada risiko penyakit menular. Sehingga dengan demikian, ancaman krisis kesehatan menjadi hal sangat perlu untuk terus diwaspadai.
Hal terpenting dalam melakukan pencegahan dan penanganan krisis kesehatan adalah dengan melakukan tindakan preventif, seperti kesiapsiagaan dan respons terhadap krisis kesehatan. Melihat kondisi demikian, komunikasi risiko menjadi hal yang harus dilakukan, karena dengan demikian masyarakat yang berisiko terpapar atau terdampak akan memahami dan mengadopsi perilaku yang benar.
Berikut ini adalah 5 Pilar strategi komunikasi risiko untuk kedaruratan kesehatan masyarakat yang telah dikeluarkan oleh WHO (World Health Organization) Regional Asia Tenggara 2019-2023 dengan tema Five in Five (Lima dalam Lima), diantaranya adalah:
-
Struktur yang berkelanjutan
-
Kemitraan
-
Penguatan Komunikasi Publik
-
Pelibatan Masyarakat
-
Mendengarkan
Dengan melakukan sinergi terhadap 5 Pilar strategi komunikasi risiko untuk kedaruratan kesehatan masyarakat diatas, diharapkan mampu melancarkan kegiatan pengendalian risiko krisis kesehatan masyarakat hingga akarnya, termasuk didalamnya penyebaran wabah rumor dan hoax yang sering disebut infodemic