Menuju akhir perjalanan di tahun 2021, Indonesia mendapat banyak cobaan bencana alam yang tidak sedikit memakan korban, salah satunya adalah letusan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pada hari sabtu tanggal 4 Desember 2021, Semeru telah mengeluarkan guguran awan panas yang mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Tidak berhenti sampai disitu, hal serupa dengan volume material yang lebih rendah, kembali dikeluarkan oleh gunung semeru pada keesokan harinya yaitu pada 5 Desember 2021.
Dengan adanya letusan Gunung Semeru tersebut, saat ini terkonfirmasi bahwa terdapat 22 korban meninggal, 27 orang hilang, 100 orang luka ringan, 69 orang luka berat, 2042 orang mengungsi, 5205 orang terdampak dan 10.633 masyarakat tergolong kelompok rentan, yang terdiri dari 373 Ibu Hamil, 651 Bayi, 4.630 Balita, dan 4.979 Lansia. Saat ini Gunung Semeru berstatus waspada level 2, kondisi udara mencapai tingkat polusi tinggi dan tidak sehat untuk kelompok yang sensitif. Untuk menghadapi kondisi tersebut, Bupati Kab. Lumajang menetapkan keputusan:
-
Nomor 188.45/525/427.12/2021 tentang Status Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru (4 Desember 2021 - 3 Januari 2022).
-
Nomor 188.45/526/427.12/2021 tentang Komando Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru.
Tim Pusat Krisis Kesehatan bersama dengan BNPB dengan sigap melakukan mobilisasi tim dari Jakarta menuju Kab.Lumajang pada tanggal 4 Desember 2021, pukul 21.00 WIB. Tidak hanya itu, tim pusat juga dibantu dengan hadirnya Dinkes Prov. Jatim telah didampingi oleh tim PKK dan satu tim dari PKK Regional Jawa Timur. Adapun kedatangan pusat Krisis ke lokasi bencana, merupakan bentuk pengabdian terhadap masyarakat Indonesia dalam segi kesehatan masyarakat pasca bencana. Untuk itu, Tim PKK juga memberikan pelayanan kesehatan, pelaporan kondisi terkini di lokasi bencana melalui konferensi pers, sekaligus memberikan pemenuhan logistik kesehatan yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat dan fasilitas kesehatan di lokasi tersebut. Adapun pemenuhan tersebut terdiri dari :
Pusat Krisis Kesehatan |
|
Pusat Krisis Kesehatan Regional Jawa Timur |
|
Proses evakuasi dan dkungan kesehatan juga masih akan terus dilakukan dengan dibantu oleh 7 organisasi/lembaga yaitu : PABI, IDI, PABOI, MDMC, NU, PMI, Yakkum yang turut menghadirkan 48 orang relawan Medis dan terdiri dari 14 orang Dokter spesialis , 11 orang Dokter umum , 15 orang Perawat, 1 orang Surveilans dan Tenaga lain 7 orang.
Saat ini, Masyarakat yang mengalami luka-luka baik luka ringan (Rawat Jalan) ataupun luka berat (Rawat Inap) telah dilarikan dan di sebar ke beberapa fasilitas kesehatan yang masih bisa beroperasi hingga saat ini, seperti :
Pos Kesehatan |
4 Poskes |
Poskes di Pos Pengungsian:
|
Puskesmas yang melayani |
13 puskemas di Kab. Lumajang 5 puskesmas di Kab. Malang |
|
Rumah Sakit yang melayani |
|
|
Sulitnya akses dalam mendapatkan logistik kesehatan dan kebutuhan sehari-hari, membuat beberapa hal seperti masker, Makanan dan Minuman Siap Saji, Hand Sanitizer, Vitamin, Aquatab, Obat-obatan dasar, Obat luka bakar, Bahan habis pakai luka bakar, dan glove menjadi salah satu kebutuhan yang saat ini masuk kedalam list kebutuhan di lokasi bencana, sehingga kerjasama yang baik antar setiap elemen masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan logistik kesehatan sangat diharapkan sehingga mampu memberikan dukungan terhadap tenaga medis dan masyarakat yang saat ini tengah berjuang di lokasi bencana.
Dengan demikian, adanya penanggulangan kesehatan terhadap masyarakat, diharapkan dapat berjalan dengan baik dan menambah jumlah korban selamat dari letusan gunung semeru. Selain itu, bencana alam merupakan hal yang sangat sulit untuk diprediksi dan diantisipasi, Sehingga pengetahuan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di dekat gunung, di pinggir pantai maupun lereng terkait proses evakuasi dan cara bertahan ketika bencana terjadi, menjadi sangat penting untuk diketahui, agar kerugian secara materil maupun nyawa dapat diminimalisir.