Gunungapi Ijen (G. Ijen), merupakan gunungapi aktif yang memiliki kawah di puncaknya, menyerupai danau dengan luas 5.700 m² (P 800 m, L 700 m) serta kedalaman 180 m.. Secara geografis G. Ijen terletak pada 8º 03’ 30” LS dan 114º 14’ 30” BT dengan tinggi puncaknya 2386 meter dari permukaan laut. Secara administratif, lokasi Gunung Ijen meliputi dua Kabupaten, persisnya berada pada Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso dan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Sejak bulan Oktober hingga Desember 2011 telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik G. Ijen yang ditandai dengan peningkatan terjadinya Gempa Vulkanik Dalam (VA), Vulkanik Dangkal (VB), dan Gempa Tremor.. Didasarkan pada peningkatan aktivitas kegempaannya, maka pada 15 Desember 2011 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi menetapkan kegiatan G. Ijen mengalami peningkatan status dari Normal (Level I) menjadi WASPADA (Level II). Namun sejak 15 – 17 Desember 2011 aktivitas g Ijen makin meningkat secara signifikan, frekwensi kejadian Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal makin meningkat serta diikuti menguatnya gas SO2 di sekitar kawah G. Ijen. Potenssi kerawanan kawah Ijen terus meningkat, adanya aliran awan panas, lahar letusan, lahar hujan, hujan abu lebat, longsoran puing vulkanik dan lontaran batu pijar. Oleh karena itu maka pada hari Minggu pukul 04:00 WIB (18/12/2011) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi kembali menetapkan status kegiatan G. Ijen ditingkatkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Untuk memantau adanya masalah kesehatan masyarakat yang timbul akibat aktivitas gunung Ijen, maka Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan bersama-sama dengan BTKLPP Surabaya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah menurunkan tim ke lokasi sekitar gunung ijen. Pemantauan dilaksanakan selama lima hari (3-7 Januari). Dari hasil pemantauan, tidak ditemukan adanya pengungsian, maupun korban jiwa, Namun sejalan dengan penetapan status Gunung Ijen dari Waspada menjadi Siaga maka perlu diwaspadai adanya peningkatan risiko kesehatan oleh karena adanya peningkatan konsentrasi beberapa parameter media lingkungan seperti udara, air serta badan air. Daerah rawan bencana Gunung Ijen mengancam 5 desa dalam 5 kecamatan di 3 kabupaten (Bondowoso,Situbondo dan Banyuwangi) dengan jumlah penduduk mencapai 18.377 orang. Informasi dari Petugas Pusat pemantauan Gunung Ijen yang berada di Kab Banyuwangi menyatakan bahwa daerah yang paling rawan adalah kecamatan Sempol di Kabupatean Bondowoso dengan jumlah penduduk terancam 1.803 orang.
Data tahun 2011 di Puseksmas Sempol, mencatat tingginya angka ISPA 39,45% dari angka kesakitan, diikuti penyakit sistim otot 17,56 %, deare 57,97 %, dan gastritis 7,56 % dll, Kondisi tersebut dapat memburuk apabila terjadi erupsi gunung Ijen dan adanya paparan debu vulkanik. Hal ini juga didukung oleh hasil pemantauan tim yang menunjukkan kadar debu PM 10 melebihi nilai ambang batas. Oleh karena itu penyakit ISPA dan beberapa penyakit lain seperti diare, gatal-gatal dan kemungkinan terjadinya keracunan perlu memperoleh perhatian dan diwaspadai oleh jajaran kesehatan setempat, antara lain mewajibkan penduduk di wilayah yang memiliki risiko pajajan debu tinggi menggunakan masker.
Penanggulangan bencana kawah ijen, perlu dukungan dan komitmen semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Perlu segera disiapkan Protap untuk penanganan penyakit-penyakit spesifik yang mungkin timbul akibat bencana termasuk sistem rujukan pada saat bencana. Semua pihak harus menyadari bahwa penanganan bencana bukan tugas tanggung jawab pemerintah saja, tetapi peranserta masyarakat yang mandiri dalam pennagulangan bencana akan memberikan dampak besar pada pengurangan resiko maupun korban akibatn bencana.
Kondisi kawah Ijen, telah direspon cepat oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan (PPKK) dengan mengirimkan tim pemantauan pertama pada Jumat (23/12/11) beranggotakan 3 orang dari PPKK dan PPK Regional Jawa Timur.
Pemantauan kedua menurunkan 9 orang dari PPK Pusat, PPK Regional jawa Timur dan BBTKL PPM Surabaya pada Selasa (3/1/2012). Tim pemantauan tersebut telah melakukan pemantauan langsung di lokasi bencana, rapat koordinasi dengan tiga Dinas Kesehatan Kabupaten (Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi), menginventarisasi kebutuhan, melakukan pendampingan dalam pengelolaan data dan informasi serta pemeriksaan perkembangan kualitas udara dan air oleh tim dari BTKL PPM Surabaya. Bantuan logistik PPKK Pusat disampaikan kepada ketiga kabupaten melalui PPK Regional berupa bantuan logistik yang terdiri dari MP ASI, Back Pack, Tenda, masker, sepatu boot, obat-obatan, field bed, radio komunikasi, kendaraan roda . empat (mobil dobel gardan) dan lain-lain. Sebagian dari barang-barang tersebut dipinjamkan.
Kesiapsiagaan Dinas Kesehata Bondowoso dalam menghadapi bencana Ijen, nampak dengan telah diaktifkannya Pos kesehatan disekitar Puskesmas Sempol, dengan mendirikan Tenda Weinmann untuk pos kesehatan di Lapangan Hasanudin dan Pos Kesehatan Pasanggrahan, membentuk Tim Reaksi Cepat, menyusun Rencana kontigensi bidang kesehatan, melakukan koordinasi lintas sector,dan menyusun jadwal untuk melakukan pemantauan perkembangan situasi dan kondisi gunung Ijen
Dinas Kesehatan Banyuwangi telah melakukan upaya kesiapsiagaan anatara lain dengan mebuat Posko Bidang Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan Kab. Banyuwangi, mengaktifkan Pos Kesehatan di Balai Diklat Tamansari dengan jadwal on call. Dinas Keshatan banyuwangi juga telah melakukan koordinasi dengan listas program, membentuk tim reaksi cepat, melakukan RHA dan membagi-bagikan masker kepada masyarakat.
Upaya kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, dengan mengaktifakan pos kesehatan di puskesmas Asembagus dan puskesmas Banyuputih, dan enyiagakan 7 pos kesehatan untuk 7 lokasi pengungsian yang disiapkan dengan jadwal petugas lengkap dengan no hp petugas.