Aku masih melihat senyumnya yang membuat raut mukanya bercahaya ketika ia berkata, "Ah, ibu, aku mau hidup 100 tahun. Hidup ini terlalu pendek. Pekerjaan banyak sekali menunggu. Dan sekarang aku bahkan belum boleh memulai."
Kartini telah menjadi simbol perjuangan dan perlawanan kaum wanita dalam memerangi kebodohan dan keterbelakangan. Hidup yang sudah sangat mapan sebagai seorang perempuan keturunan ningrat dan istri seorang bupati, tidak membuat Kartini tenang. Ia tidak melawan kehendak orangtua yang memingitnya yang lalu menikahkannya dengan pria yang menjadi pilihan orangtuanya. Sebaliknya, dia terus merenung dan berpikir atas nasib yang dialaminya dan kaum perempuan Indonesia saat itu.
Pada pandemi saat ini, implementasi protokol kesehatan yang disampaikan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang dikukuhkan dengan kebijakan pemerintah melalui social distancing dan phsysical distancing melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tertuang di PP No 21 Tahun 2020. berakibat aktivitas bekerja, belajar, dan beribadah di rumah telah dilakukan sebagian masyarakat Indonesia. Dalam dua bulan terakhir orangtua di Indonesia telah mendampingi anak-anaknya di kegiatan belajar di rumah (pembelajaran jarak jauh).
Tak sedikit protes bermunculan dari wali murid imbas beban tugas bagi anak didik yang dirasa memberatkan merea. Maklum saja, pembelajaran dalam jaringan (daring), peran orangtua cukup vital.
Dalam praktiknya, guru memberi panduan pembelajaran, kemudian siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan. Nah, dalam proses pembelajaran itulah peran orangtua menjadi peng hubung antara guru dan siswa. Di titik inilah, posisi orangtua dalam pembelajaran jarak jauh ini menjadi kunci.
Situasi belajar dan bekerja di rumah selama dua bulan terakhir inilah memiliki korelasi yang kuat dengan perempuan. Dalam konteks inilah, pemaknaan Hari Kartini 2020 cukup terkait di tengah upaya bangsa Indonesia melawan covid-19 ini.
Aktivitas belajar dari rumah yang kemungkinan akan berlanjut hingga pergantian semester atau tahun ajaran baru mendatang, telah menjadikan ibu di Indonesia berperan ganda, mengasuh sekaligus sebagai pendidik bagi anakanaknya.
Di tengah ancaman covid-19, ibu-ibu--tidak menutup peran bapak-bapak-- telah menjadi garda terdepan dalam kebersamaan dengan anak-anak Indonesia dalam kegiatan belajar di rumah. Ungkapan ‘ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak’ tidak hanya benar, namun terkonfirmasi secara tepat di saat wabah covid-19 ini. Peran ibu dalam aktivitas belajar di rumah cukup menentukan sukses tidaknya proses pembelajaran jarak jauh ini.
Terkait hal tersebut, peringatan Hari Kartini 2020 ini sungguh spesial, khususnya bagi perempuan Indonesia. Peran, tantangan, sekaligus sebagai kelompok yang rentan terdampak covid-19 ini seolah menegaskan peran perempuan cukup signifikan dalam urusan pendidikan, pelayanan kesehatan, tak terkecuali dalam urusan ekonomi domestik di rumah tangga. Selamat Hari Kartini, perempuan Indonesia.
Kutipan: mediaindonesia.