Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang meningkat, mendorong Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status aktivitas dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada 5 November 2020 lalu. Menyikapi kondisi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di empat Kabupaten yaitu Boyolali, Klaten, Magelang dan Sleman, telah mengevakuasi warga dengan prioritas kelompok rentan dari dusun-dusun yang direkomendasikan BPPTKG ke tempat aman.
Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per 12 November 2020 mencatat terdapat 1.294 warga yang dievakuasi. Jumlah total warga yang dievakuasi tertinggi di Kabupaten Magelang dengan jumlah 835 jiwa, disusul Sleman 203, Boyolali 133 dan Klaten 123. Mereka tersebar di tempat evakuasi sementara (TES) maupun tempat evakuasi akhir (TEA).
Sementara itu, seminggu sebelumnya, pada Kamis tanggal 29 Oktober 2020, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara mengalami erupsi. Erupsi gunung ini meluncurkan awan panas dengan jarak 2.000 meter ke arah timur-tenggara dengan tinggi kolom 1.500 meter. Erupsi menyebabkan tiga Kecamatan terpapar debu vulkanik dan luncuran awan panas yaitu Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Dolat Rakyat.
Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara yang berada pada jalur pertemuan lempeng dunia sehingga banyak terdapat rangkaian gunung api. Secara khusus, Indonesia dilewati Cincin Api Pasifik yang sering disebut The Ring of Fire yang berpotensi lebih sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung api. Jumlah gunung api aktif di Indonesia sebanyak 127, terbanyak di dunia.
Gunung api yang aktif ini merupakan ancaman bencana bagi masyarakat, Ancaman saat gunung api erupsi dapat berupa awan panas, aliran lava, gas beracun, lontaran material, hujan abu dan lahar. Menghadapi ancaman bencana erupsi, tentu sudah menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang tepat agar bisa mengurangi risiko bencana. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar gunung api aktif sangat perlu memiliki rencana kesiapsiagaan bencana, mengenali sistem peringatan dini hingga mitigasi bencana erupsi gunung api.
Dalam kondisi Pandemi COVID-19 seperti saat ini, berikut upaya kesiapsiagaan yang dapat dilakukan oleh masyarakat :
Sebelum Erupsi
- Perhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan perkembangan aktivitas gunung api melalui radio, televisi, media sosial, aplikasi MAGMA dan website https://magma.vsi.esdm.go.id/
- Kenali lingkungan daerah tempat tinggal, dimana titik-titik rawan bahaya sehingga dapat dihindari, antara lain sungai, lereng, daerah aliran lahar, dan daerah longsoran.
- Menyiapkan masker dan kacamata pelindung.
- Ketahui titik kumpul, rambu-rambu, jalur evakuasi, TES dan TEA yang sudah ditentukan.
- Menyiapkan tas siaga bencana yang berisi dukungan logistik, antara lain makanan siap saji, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai yang cukup serta obat-obatan.
Saat Erupsi
- Ketika ada tanda peringatan dini untuk evakuasi, segera pergi ke titik kumpul atau tempat pengungsian yang telah ditentukan dengan membawa tas siaga bencana.
- Jauhi daerah-daerah berbahaya gunung api seperti puncak dan kawah gunung, lereng gunung, lembah dan sungai serta daerah lainnya yang rawan sebagai daerah aliran lahar.
- Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunung api.
- Kenakan pakaian yang dapat melindungi tubuh (baju lengan panjang, celana panjang dan topi), memakai masker dan kaca mata pelindung serta sarung tangan.
- Pakai masker atau sapu tangan/kain yang dilembabkan dengan air untuk melindungi dari bahaya gas beracun.
- Tutup sumber air/sumur dan tempat penampungan air agar tidak terkena abu vulkanik.
- Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di pengungsian.
- Selalu perhatikan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak aman dan cuci tangan pakai sabun di air mengalir/hand sanitizer.
- Bila anda atau keluarga sedang menjalankan isolasi mandiri, maka pastikan untuk menempati lokasi khusus bagi pengungsi yang menjalani isolasi mandiri.
- Sebelum keadaan dinyatakan aman, jangan sekalipun kembali ke rumah.
Setelah Erupsi
- Jauhi wilayah yang terkena hujan abu vulkanik dan daerah rawan bencana lainnya seperti aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada musim hujan .
- Periksa kondisi anda dan keluarga, jika ada yang terluka pastikan untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan.
- Pulang ke rumah hanya apabila telah dinyatakan aman oleh petugas yang berwenang.
- Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik dengan menyemprotkan air, karena beratnya bisa merobohkan dan merusak atap rumah atau bangunan.
- Selalu terapkan protokol kesehatan di tempat pengungsian maupun saat sudah kembali ke rumah dengan memakai masker, menjaga jarak aman dan mencuci tangan di air mengalir/hand sanitizer.
Sumber : Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana dan Krisis Kesehatan pada Masa COVID-19, Kemenkes dan Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, BNPB.