Memasuki pertengahan tahun 2020, sebagian besar wilayah Indonesia mulai merasakan dampak musim kemarau seperti yang sebelumnya diprediksi oleh BMKG. Mengantisipasi hal tersebut, BMKG merilis beberapa poin penting terkait musim kemarau. Beberapa diantaranya telah kami rangkum dalam ulasan singkat berikut.
Daerah yang terdampak kemarau
Berdasarkan analisis BMKG, setidaknya telah ada sekitar 51.2 persen wilayah Indonesia yang mengalami musim kemarau. Sedangkan sisanya masih mengalami musim penghujan. Beberapa wilayah yang mengalami musim kemarau antara lain:
- Pesisir timur Aceh
- Sumatera Utara bagian barat
- Pantai timur Riau-Jambi
- Pesisir utara Banten
- Jawa Barat bagian utara
- Jawa Timur
- Jawa Tengah bagian utara dan timur
- Sebagian wilayah Bali
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Pesisir selatan Sulawesi Selatan
- Sulawesi Utara
- Pulau Buru
- Papua Barat bagian timur
- Sulawesi Barat
Tanda-tanda kemarau
Memasuki musim kemarau, BMKG menjelaskan jika terdapat beberapa tanda yang mengawali kedatangannya. Tanda yang dimaksudkan meliputi kurangnya hari hujan, rendahnya curah hujan yang bisa terukur di permukaan. Di sebagian besar wilayah NTT, NTB, Bali dan Jatim juga ditandai dengan deret hari kering antara 20 hingga 60 hari. Pada masa tersebut, beberapa wilayah yang dimaksudkan akan mengalami hari-hari tanpa hujan berturut-turut. Sedikit berbeda, di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat ditandai dengan deret hari kering berkisar antara 10 hingga 30 hari lamanya.
Waspadai DBD!
Berdasarkan analisis yang dilakukan BMKG, diperkirakan musim kemarau yang terjadi di Indonesia tahun ini cenderung basah. Namun Anda tetap wajib mewaspadai adanya potensi kekeringan di beberapa wilayah Zona Musim seperti Aceh bagian utara, tengah dan selatan, Jawa Tengah, Sumatera Utara bagian selatan, Riau bagian utara, Lampung, Banten bagian selatan, NTB, NTT, Jawa Timur, DIY bagian timur, wilayah Kalimantan, Sulawesi hingga sebagian wilayah Maluku. Selain itu, khusus untuk wilayah Indonesia yang masih mengalami musim curah hujan tinggi, pastikan untuk mewaspadai potensinya terjadinya DBD. Pasalnya, di saat tersebut potensi perkembangan nyamuk pembawa DBD semakin tinggi.