Ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya frekuensi gempa bumi di Indonesia. Sebut saja pertemuan di antara tiga lempeng tektonik utama, yakni Samudra Hindia-Australia (bagian selatan), Samudra Pasifik (bagian Timur), serta Eurasia yang mendominasi wilayah Indonesia.
Aktifnya pergerakan ketiga lempeng tersebut, bersama lempeng di laut Filipina dan Carolina, menyebabkan sejumlah gempa bumi di perbatasan pertempuan lempeng. Sesar-sesar regional pun tak jarang terjadi dan menjadi pusat dari bencana alam tersebut. Hasilnya, Indonesia bisa mengalami ribuan gempa bumi regional maupun lokal per hari.
Namun, hanya gempa-gempa bumi besar yang terdeteksi seismograph. Gempa-gempa dengan kekuatan rata-rata 5,5 SR dan ke atas umumnya dirasakan sekitar 70 hingga 100 kali setahun. Lalu gempa bumi besar yang memicu kerusakan sekitar satu hingga dua kali setahun.
Faktor lainnya yang membuat Indonesia rawan gempa adalah letaknya yang dikelilingi cincin api Pasifik (Ring of Fire). Kurang lebih 127 gunung beraktif tersebar melingkari Indonesia dengan 30 di antaranya berlokasi di Pulau Jawa. Dengan kata lain, kurang lebih ratusan juta penduduk hidup di bawah ancaman gempa akibat letusan gunung berapi.
Sejumlah daerah yang rawan mengalami gempa hingga tsunami sepanjang jalur pertemuan lempeng-lempeng tektonik. Antara lain sepanjang bagian barat Sumatra Barat, selatan Jawa, Nusa Tenggara, Halmahera (Maluku), Sulawesi Utara, hingga bagian utara Papua.