Sudah tidak bisa dipungkiri lagi jika Indonesia memiliki banyak gunung api yang masih aktif. Tercatat, beberapa Gunung api di Indonesia pernah mengalami letusan dahsyat dan menimbulkan korban jiwa. Proses terjadinya sebuah letusan gunung api bergantung pada proses akumulasi energi pada kantong magma sebuah gunung api.
Indonesia yang terletak di antara 3 lempeng memiliki kerentanan terhadap letusan gunung api. Oleh sebab itu upaya mitigasi bencana memang sangat penting terutama untuk masyarakat yang tinggal diwilayah gunung api aktif.
Saat ini, mitigasi letusan gunung api sudah bisa menggunakan teknologi. Prihal teknologi mitigasi letusan gunung api pada dasarnya adalah peringatan dini sebelum meletus. Seperti melihat serta mengamati pergerakan sebuah gunung api.
Sementara itu dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) upaya mitigasi bencana bisa menggunakan beberapa teknologi, seperti :
- Seismology-Geofisika – yaitu teknologi pengamatan seismometer untuk mengamati aktifitas bawah permukaan dari gunung api
- Geokimia - yaitu untuk memantau proses kimiawi utamanya gas sulfur dioksida (SO2) untuk bisa mengidentifikasi peningkatan aktifitas gunung api
- Geodesi – adalah hal yang berkaitan dengan proses pengamatan deformasi seperti teknologi teknologi survey terestris, electronic distance measurement, Global Positioning System (GPS) atau Global Navigation Satellite System (GNSS).
- Penginderaan jauh (remote sensing) - dilakukan untuk pengamatan deformasi untuk memantau proses deflasi inflasi dengan menggunakan teknik teknik interferometri data satelit radar (Synthetic Aperture Radar/SAR)
Letusan gunung api akan mempengaruhi lingkungan serta manusia seperti penduduk sekitar dan bangunan yang terkena dampak letusan. Selain itu, letusan gunung api juga mengancam pertanian dan peternakan. Sehingga mitigasi letusan gunung api sangat penting
Sumber gambar : mongabay.co.id