Kementerian Kesehatan melalui Tim Task Force yang dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Jajang Edi Priyatno kembali mengunjungi Provinsi Jawa Tengah guna memperkuat koordinasi penanganan COVID-19. Hal ini menyusul semakin tingginya kasus COVID-19 di Jateng termasuk Kota Semarang dalam beberapa waktu terakhir.
Per tanggal 27 November 2020, berdasarkan data yang dihimpun dari Dinkes Kota Semarang tercatat total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 13.812 meningkat dari sebelumnya 13.317, kasus suspek 227, kasus terkonfirmasi dirawat 470, kasus sembuh 9.227 dan kasus meninggal 818. Jumlah kasus tersebut merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Tengah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochammad Abdul Hakam menyebutkan kenaikan kasus di daerahnya dipicu oleh beberapa hal, salah satunya masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan. Per tanggal 20 November, kepatuhan melakukan jaga jarak berkisar 66%, sementara memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun tingkat kepatuhannya lebih tinggi yakni berkisar 70%.
“Nilai kita 2 minggu yang lalu cuci tangan dan pakai masker sebenarnya sudah diangka hampir 80, jaga jarak sudah diangka 70. Tapi dalam dua minggu ini masyarakat sepertinya sudah mulai lelah atau bosan,” kata Hakam dalam audiensi dengan Tim Task Force Kementerian Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang pada Sabtu (28/11).
Upaya penanganan yang dilakukan oleh Dinkes Kota Semarang adalah dengan menggencarkan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, juga dilakukan pemantauan perkembangan kasus COVID-19 di wilayahnya melalui Aplikasi STRONG atau Integrasi Data Warehouse Penanganan COVID-19 Kota Semarang. Mulai beroperasi pada Maret 2020, Aplikasi STRONG merupakan konsep terintegrasi pengelolaan data penanganan COVID-19 berbasis ICT.
Aplikasi tersebut terdiri dari Sistem Info COVID-19, Aplikasi Bidik COVID-19, Sistem WA Blast, Aplikasi Si Datang dan Sisca (Self Isolation Corona Assisten Kota Semarang). Seluruhnya saling terintegrasi, terupdate dan terbuka yang mana bisa diakses di website Dinkes, sehingga semakin mempermudah serta mempercepat pengendalian COVID-19 di Kota Semarang.
Hakam menjabarkan platform tersebut bahkan dapat memetakan daerah di Kota Semarang berdasarkan kasus COVID-19 aktif, suspek aktif, kontak erat aktif, kerawanan aktif, kerawanan tingkat kecamatan bahkan COVID-19 tingkat RW. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap hari oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang.
“Lewat sistem ini, akhirnya kami bisa membuat peta daerah-daerah kerawanan di Kota Semarang ini, tentunya hingga tingkat RW,” terang Hakam.
Gambaran daerah divisualisasikan dengan gradasi warna. Pada tingkat RW misalnya, warna merah diindikasikan sebagai daerah dengan jumlah kasus tinggi yakni lebih dari 3, sementara warna putih mengindikasikan bahwa daerah tersebut tidak ada kasus (kasus nol).
“Yang warna putih itu kasus kerawanannya rendah karena mobilitasnya juga rendah, mayoritas mereka petani, sedangkan merah sekali dan merah itu protokol kesehatannya masih rendah dan mobilitas masyakatnya tinggi,” imbuhnya.
Melalui gambaran tersebut, apabila dalam satu RW terdapat 3 kasus terkonfirmasi positif, maka dilakukan lock down lokal. Satgas Kelurahan dan Jogo Tonggo turut dilibatkan untuk menjaga tetangganya dalam mencegah penyebaran COVID-19.
Merespon tingginya angka kenaikan kasus di Kota Semarang, Jajang menekankan agar Dinkes segera melakukan upaya-upaya penanganan dengan menggandeng stakeholder terkait. Sebab, persoalan tersebut tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan membutuhkan dukungan dan bantuan dari semua pihak termasuk aparat keamanan dan masyarakat.
Disamping pencegahan, Jajang menilai kesiapsiagaan juga harus dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah Sakit Rujukan COVID-19 berupa ruang isolasi dan ruang ICU, farmasi dan alat kesehatan serta SDM kesehatan.
“Penanganan COVID-19 itu ada dua hulu dan hilir. Hulu berkaitan protokol kesehatan, ini yang harus kita perkuat, kita gencarkan. Kalau hulunya jebol, hilirnya juga akan berdampak,” tuturnya.
Dia juga mengapresiasi upaya penanganan COVID-19 berbasis digital yang dikembangkan oleh Dinkes. Ia berharap aplikasi yang dikembangkan oleh Dinkes dapat berkolaborasi dengan Digital Early Suspect Detection milik Kemenkes terdiri dari Tele Sehat dan Tele Deteksi, yang rencananya akan segera diimplementasikan di Jawa Tengah.
Tak hanya itu, Jajang juga berpesan agar kedepan koordinasi dan harmonisasi penanganan COVID-19 antara pusat dan daerah berjalan beriringan. Ada kesamaan pemahaman mengenai strategi pengendalian COVID-19, sehingga angka kenaikan kasus bisa ditekan, angka kematian menurun dan angka kesembuhan meningkat.
“Saya ucapkan terima kasih, teman-teman telah bekerja secara maksimal. Kedepan diharapkan koordinasi antara daerah dan pusat berjalan seirama. Jadi penanganan pandemi ini bisa kita lakukan lebih cepat, tepat dan akurat,” pungkasnya.
Sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/