Alat Deteksi Longsor Buatan Peneliti Indonesia Semakin Mendunia

3,007

Alat Deteksi Longsor Buatan Peneliti Indonesia Semakin Mendunia

Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Tercatat Indonesia pernah beberapa kali dilanda longsor besar yang menewaskan banyak orang dan menghancurkan banyak rumah serta infrastruktur. Walaudemikian, sejalan dengan perkembangan tekonologi kini sudah banyak diciptakan deteksi dini longsor untuk meminimalisasi bencana ini.

Alat deteksi tanah longsor banyak diciptakan oleh peneliti Indonesia, salah satunya adalah Teuku Faisal Fathani, peneliti sekaligus penemu alat pendeteksi longsor dari Universitas Gadjah Mada. Ia terinspirasi dari alat deteksi gempa asal Jepang ang dibawa oleh Japan International Coorporation Agency (JICA) ketika menanggulangi bencana longsor di Indonesia pada tahun 1999.

Setelah saat itu, Faisal berencana untuk menciptakan alat pendeteksi tanah longsor yang diberi nama GAMA-EWS. Awalnya ia sempat mengalami kesulitan dari sisi elektroniknya, lalu ia pun mengajak mahasiswa jurusan Teknik Elektro UGM untuk ikut membantu. Sebagai hasilnya, pada 2007 Faisal dan tim berhasil membuat alat deteksi dini tanah longsor generasi pertama yang pembacaan pergerakan tanahnya masih manual.

Seiring berjalannya waktu, ia terus mengembangkan alat deteksi longsor tersebut. Kini pencatatan alat deteksi tidak lagi manual. Pada generasi kedua GAMA-EWS dilengkapi dengan kertas, sehingga setiap pergerakan tanah, alat ini akan mengeluarkan catatan yang bisa terbaca di kertas.

Lalu ia semakin berinovasi dengan menciptakan alat deteksi dini longsor generasi ketiga menggunakan teknologi telemetri atau wireless. Dengan demikian, peringatan tanah longsor bisa didapatkan melalui pesan singkat, modem internet, serta radio frekuensi.

Pada generasi ketiga ini, alat deteksi longsor menjadi lebih tangguh, mudah dijalankan dan tahan terhadap cuaca. Saat ini alatnya sudah dipasang di 20 provinsi di tanah air. Bukan hanya didalam negeri, sistem deteksi longsor ini juga sudah digunakan oleh perusahaan seperti Pertamina Geothermal Energy di tujuh provinsi, di situs Freeport di Timika, Papua, serta di perusahaan tambang Medco. Sementara di luar negeri, sistem pendeteksi ini digunakan di perusahaan tambang di Myanmar dan akan segera dipakai di Laos, Timor Leste, dan Selandia Baru